Seiring perputaran waktu, tanpa terasa kita telah berada di Bulan
Sya'ban. Allah menyebut Bulan Sya’ban ini dengan Bulan Haram atau bulan yang
suci, bulan yang sangat istimewa dimana
mengerjakan “amar ma’ruf nahi mungkar”
di bulan ini akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Sebaliknya, apabila
seseorang mengerjakan amal-amal yang buruk, niscaya akan dilipatgandakan juga. Na’udzubillah, istighfar sebanyak-banyaknya
semoga saja Allah masih memberi ampun terhadap dosa-dosa yang telah kita
lakukan.
Kodrat manusia adalah keimanannya naik turun. Kadang kala
rajin dan semangat beribadah, namun ada kalanya seseorang lalai. Lalu apa yang
akan harus dilakukan apabila iman kita turun? Pertanyaannya kurang tepat ya, yang
benar adalah apa yang harus dilakukan agar keimanan itu tidak turun? Karena ada
yang bilang mencegah itu lebih baik dari mengobati. Ciie...
Terus gimana sih caranya mencegah penurunan iman? Banyak
cara yang dapat dilakukan, dan salah satunya adalah menghadiri majelis-majelis
kebaikan, seperti KasQus dan acara-acara mushola lain misalnya Spiritus,
Platinum, Algorithm. Acara-acara seperti apakah itu? Kalo penasaran tongkrongin
aja. Jiahh... sekalian promosi....
Ikhwan wa akhwat fillah,
sebenarnya tujuan menyelenggarakan perayaan isra’ Mi’raj itu apa sih?
Jadi di dalam peristiwa Isra’ Mi’raj itu terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, dimana Allah memperjalankan Rasulullah SAW
dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian dari masjidil Aqsa ke
Shiddaratul muntaha atau ke langit ke tujuh sampai kembali lagi ke masjidil
Haram. Kita sama-sama tahu kawan, jarak Masjidil Haram di Madinah dan Masjidil
Aqsha di Palestina tidaklah dekat, dengan kendaraan tercepat yang ada pada saat
itu (kuda) memerlukan berbulan-bulan perjalanan. Apalagi ke sidharatul muntaha
yang di langit ke tujuh, yang mungkin berjarak jutaan tahun cahaya begitu. Jika
bukan karena kekuasaan Allah SWT sangat tidak mungkin bagi Rasulullah SAW untuk
melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj hanya dalam satu malam.
Maka tujuan memperingati Isra’ Mi’raj yang pertama adalah menumbuhkan iman kepada Allah SWT.
Maka tujuan memperingati Isra’ Mi’raj yang pertama adalah menumbuhkan iman kepada Allah SWT.
Teman-teman pasti punya idola. Mungkin ada yang nge-fans
sama Ariel, atau sama Justin Bieber, atau bagi yang suka sepak bola mungkin
nge-fans sama Messi, sama Ruben, atau Van Persi. Biasa nih teman-teman,
kemana-mana yang diobrolkan pasti saja idolanya, eh si Ariel tu suaranya bagus
atau eh Ruben tu hebat banget main bolanya. Sampai gaya rambut serta pakaian
atau jersey idolanya diikuti. Begitu Justin Bieber mau konser atau Van Persi
mau bermain di Samarinda, langsung mati-matian cari tiketnya, rela antri
berjam-jam sambil berdesak-desakkan hanya untuk bertemu dan melihat idolanya.
Padahal ada seseorang yang merupakan sebaik-baik suri teladan bagi seluruh umat
manusia, dia adalah Rasulullah Muhammad SAW.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (iaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia
banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab : 21)
Maka tujuan atau hikmah dari memperingati Isra’ Mi’raj yang
kedua adalah menambah kecintaan kita kepada Rasulullah SAW, menjadikan beliau idola di hati-hati kita. Caranya
adalah :
2.
Mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW
dengan menjalankan As-Sunnah.
3.
Rela berkorban dengan segenap hati kita demi
bertemu dan berkumpul dengan Rasulullah SAW, dengan cara mengerjakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar (mengerjakan
yang ma’ruf dan menjauhi yang mungkar)
Ngomong-ngomong, dalam peristiwa Isra’ Mi’raj ada gak sih
kaitannya dengan sains di dalam Al-Qur’an. Teman-teman tahu tidak lampu yang
kita pakai sekarang, ternyata telah disebutkan di dalam Al-Qur’an sejak
beribu-ribu tahun yang lalu, di dalam Surat An-Nur :
“Allah (Pemberi)
cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah
lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam
kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun
yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah
barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak
disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada
cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan
bagi manusia, dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu.” (Q.S.
24 : 35)
Kasus di atas ini sifatnya membuktikan sesuatu yang ada sekarang ternyata telah disebutkan di dalam Al-Quran jauh sebelum bola lampu itu ditemukan. Kalau di Isra’ Mi’raj sifatnya berbanding terbalik.
Jadi Rasulullah SAW melakukan Isra’ Mi’raj menaiki sebuah
kendaraan yang disebut Buroq yang lebih cepat dari kecepatan cahaya. Kalau kita
hidup pada masa tersebut, tentulah kita tidak akan percaya. Tentu kita akan
berpikir tidak mungkin ada kendaraan yang secepat itu. Tapi bagaimana dengan
kita yang hidup pada masa sekarang? Kalau diibaratkan, Buroq itu mungkin
seperti pesawat terbang ya kawan-kawan, yang dapat mengantarkan seseorang ke
tempat yang jauh dalam waktu yang singkat. Meskipun saat ini belum ada pesawat
dengan kecepatan seperti itu, tapi minimal kita yang hidup pada masa sekarang
akan mempercayai bahwa hal tersebut kemungkinan bisa terjadi.
Dengan penjelasan di atas, dapat membuktikan bahwa sesuatu
yang telah disebutkan di dalam Al-Qur’an ternyata ada pada zaman sekarang.
Dengan mempelajari sains yang ada di dalam Al-Qur’an,
ternyata dapat memberikan kita satu lagi tambahan alasan bagi kita untuk
mempercayai dan mengimani Allah SWT. Maka terus kaji Sains Qur’an kita di
KasQus berikutnya atau di majelis-majelis kebaikan yang lain, sehingga akan
semakin menguatkan Iman kita kepada Allah SWT.
Plaas 'n opmerking