Home » » Makna Iman Seorang Muslim

Makna Iman Seorang Muslim

Written By Unknown on Saterdag 21 September 2013 | 03:56


@ taman Edisi 19 September 2013

Diriwayatkan dari Umar bin Khattab RA : “Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW pada suatu hari, datanglah seseorang yang berpakaian putih bersih dan berambut hitam kelam yang tak nampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh, namun tak satupun dari kami yang mengenalnya. Lalu orang itu duduk menghadap Nabi SAW. hingga kedua lututnya bersentuhan dengan lutut Nabi SAW. dan ia pun meletakkan kedua telapak tangannya di paha Nabi SAW lalu berkata: ‘Wahai Muhammad, jelaskan padaku tentang ISLAM’.
Rasul SAW menjelaskan: ‘ISLAM adalah:
1. Kesaksian tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah
2. Shalat
3. Zakat
4. Puasa Ramadhan
5. Haji, jika mampu.’

Lalu orang itu berkata: ‘Benar engkau’. Kami pun terheran-heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Lalu orang itu berkata lagi: ‘Jelaskan padaku tentang IMAN’.
Rasul SAW menjelaskan: ‘IMAN adalah percaya akan:
1. Allah
2. Malaikat-malaikat-Nya
3. Kitab-kitab-Nya
4. Rasul-rasul-Nya
5. Hari Akhir
6. Taqdir Baik dan Buruk.’ ….” (HR Muslim)

Potongan hadits di atas sedikit menjelaskan tentang Iman, sesuatu yang pada zaman sekarang ini dianggap ringan maknanya oleh kebanyakan orang. Mungkin ini disebabkan karena fenomena “Munafikisme” yang lagi nge-trend sekarang (hehe,, alay dikit…).
Zaman sekarang ini kalo diperhatikan banyak terdapat orang-orang munafik. Mereka menyatakan percaya akan adanya Allah SWT, malaikat, hari akhir, qoda’ dan Qodar. Mereka juga membenarkan al-qur’an serta para nabi dan rasul. Namun mereka tidak mengamalkan, mempraktekkan dan menerapkan hal-hal yang mereka yakini dan benarkan dalam kehidupannya sehari-hari.
Katanya percaya kepada Allah SWT yang maha melihat dan selalu mengawasi dirinya, tapi masih saja berani melaksanakan hal-hal maksiat. Katanya percaya bahwa apa yang ada di dalam Al-Qur’an adalah benar, dan Al-Qur’an adalah pegangan dan pedoman hidup manusia sampai akhir zaman, tapi mereka sangat malas untuk membaca dan mempelajarinya.
Ini menandakan bahwa keadaan iman seseorang itu sangat lemah, mereka hanya sebatas level percaya saja, tapi tidak sampai pada level iman. karena kita tahu bahwa makna kata iman adalah diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan. Beda tipis memang antara kriteria percaya dan iman ini, karena tidak terlihat secara jelas. Tidak seorang pun walaupun seorang ustadz sekalipun yang dapat menilai dirinya sendiri apakah dia termasuk kriteria yang mana. Yang berhak menilai seseorang tentang kualitas dirinya hanyalah Allah SWT.

Ada sebuah kisah tentang seorang yang rajin beribadah dari kalangan Bani Israil. Saking alimnya, ia mempunyai sebuah tempat khusus yang hanya digunakannya untuk banyak beribadah kepada Allah SWT. Ia mempunyai seorang adik yang kelakuannya sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Kalau si kakak adalah seorang ahli ibadah, maka si adik adalah seorang ahli maksiat. Kerjaannya siang malam keluyuran gak jelas, ya berjudi, mabuk-mabukkan, main perempuan, (oh iya lupa, dua bersaudara ini laki-laki, lanjuuuut…) pokoknya ya kelakuan anak nakal dan brandalan gitu lah.
Nah, suatu hari si adik galau melihat si kakak, buat apa sih dia selalu bersusah payah dan capek-capek beribadah. Singkat cerita si adik menanyakan apakah seseorang yang banyak beribadah dijamin pasti masuk surga dan apakah seseorang yang banyak melakukan maksiat pasti masuk neraka. Si kakak mengiyakan ucapan si adik dengan penuh percaya diri. Karena tanggapan kakaknya, si adik bertanya kepada si kakak untuk bertukar posisi, maka si kakak tadi setuju,, karena dia merasa sudah bertahun-tahun beribadah kepada allah maka sehari melakukan maksiat tidak apa. Sedang si adik tadi berusaha bagaimana caranya untuk menjadi seorang yang selalu beribadah kepada allah SWT.
Setelah menjalankan pertukaran satu hari, allah menyabut nyawa keduanya. Siapakah yang masuk surga dan siapa yg masuk neraka?? Ternyata si kakak dimasukkan allah swt ke dalam neraka, dan si adik dimasukkan ke surga.

Inti dari pembahasan ini adalah semua yang akan terjadi kepada setiap manusia di akhirat tergantung pada akhir hayatnya. Apabila seseorang mengerjakan amal kebajikan atau amal keburukan di akhir hidupnya, dia akan mendapatkan ganjarannya. Masalahnya adalah kita tidak pernah tahu kapan akhir hayat kita akan tiba. Maka seseorang yang benar-benar merindukan dan menginginkan surganya Allah SWT akan senantiasa menjaga dirinya di dalam menjalani segala aktifitasnya sehari-hari agar selalu dalam aktifitas kebaikan, dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengisi kesempatan yang di diberikan kepadanya sekecil apapun untuk melakukan aktifitas-aktifitas yg buruk atau bermaksiat.

Setelah seorang mukmin benar-benar menjaga dirinya agar selalu dalam aktifitas kebaikan, barulah dapat dikatakan bahwa ia beriman. Manusia tidak ada yang sempurna, pasti pernah melakukan kesalahan. Karena itu, jalani lah hidup di dunia dengan semaksimal mungkin demi mengharapkan ridho Allah SWT, sisanya akan menjadi urusan Allah SWT.


Wassalamu’alaykum, warohmatullahi wabarokaatu….
Share this article :

Plaas 'n opmerking